Langit menangisi negeri kehilangan sekeping kedaulatan,Dua generasi telah menulis catatan.
Kata-kata adalah senjata sudah usang. Kini membaluti dengan halilintar dan gelegar guntur untuk menghujam kata-kata yang kalah.
Pajar melaju, pilkada semakin dekat, Suara rakyat, penentu jejak yang didapat. Namun yang abadi, bukan serangan sengit
Bersama air mata langitAku menyelami intik sunyiMenjelajahi aksara-aksara semestaMemaknai suara-suara bisikan cakrawalaDisini bersama mimpi
Guru sungguh engkau adalah pelita. Pelita di kegelapan dunia dan kehidupan masa datang yang kadang tak teraba
Kisah Cinta yang Tak SempurnaTak semua kisah berakhir indah, bagai dongeng,Ada luka yang tertinggal
Berhentilah Berpikir BerlebihanBerhentilah berpikir berlebihan,ingatlah, sepotong besi rusakbukan oleh hantaman,tapi oleh karatnya sendiri
Tiada kata terucap sudah ;Lambaian tangan lelah lunglai Hanya doa tiada henti dikeheningan malam
Aku sadar perlakuan bapak kala itu tak sekadar omelan tetapi sebuah perhatian berupa nasihat yang sangat berguna dewasa kini.
Begitu cepat kuberlari mengejarmu Tak kusangka kau berada di belakangku
Alam tak butuh permohonan yang fana,Ia hanya ingin dihargai selamanya.
Bagai bisikan angin patah sayapnya Harapan berguguran seperti daun di musim layu